Kamis, 07 Juni 2012

Bakery Family (DPPI HIMITEPA 2011)

 

                Setelah masuk departemen, semester III, mulai terpikir untukk ikut organisasi lagi. Maklum, selama TPB saya hanya mahasiswa jelata yang kerjaannya cuma kuliah, main, dan pulang ke Jakarta  tiap akhir pekan.
Melalui berbagai pertimbangan, diantara beberapa pilihan, akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan alias HIMITEPA. Persyaratan untuk mendaftar salah satunya adalaha membuat essay singkat tentang pangan khususnya di Kampus IPB ini. Hemmm, sebagai anak baru lepas dari TPB wawasan saya masih sangat sempit tentang pangan walaupun cuma lingkup kampus. Walhasil, dalam waktu yang singkat saya akhirnya membuat essay tentang pentingnya buah-buahan untuk tubuh dan intinya menyarankan agar ada tukang buah potong di Kantin Sapta. Kalau diingat-ingat kembali sekarang betapa konyolnya essay yang saya buat itu, jadi malu sendiri.hehe
Singkat cerita, entah apa pertimbangan dari Ketua Departemen saya waktu itu, akhirnya saya diterima sebagai anggota HIMITEPA di Departemen Peduli Pangan Indonesia untuk kepengurusan tahun 2011. Sedikit saya perkenalkan apa saja yang ada dalam DPPI.
Sudah suatu tradisi, bahwa DPPI adalah satu keluarga. Keluarga yang akan menjalankan program keorganisasian dengan asas kekeluargaan.  Dan keluarga DPPI 2011 adalah Keluarga Bakery.keluarga ini bernama keluarga bakery karena Kak putra (Ketua Divisi) sangat terobsesi dengan produk-produk bakery.  Papa Bakery adalah seorang Kak Putra, mama bakery ada Kak Yufi, budhe (Jawa) bakery ada Kak Harum dan anak-anak bakery adalah empat makhluk nan riwil (cerewet) yaitu, Seno alias abang sebagai anak pertama yang diangkat menjadi Jendral Ksatria Peduli Pangan (Koordinator para ksatria yang dikerahkan untuk penyuluhan pagan), saya sendiri sebagai anak kedua yang bertanggung jawab untuk Food Alert (program kerja berupa buletin tentang pangan), Mila si anak ketiga yang bertanggung jawab untuk pembinaan pedagang, dan anak terkahir adalah Hayyu yang bertugas sebagai PJ bina sekolah (penyuluhan pangan untuk siswa SD).

 Gambar 1 Ki-Ka ( seno, ayash, hayyu, mila, mama, budhe, papa)

                Setiap berkumpul untuk membahas program kerja, selalu ada obrolan selingan yang luar biasa. Aneh-aneh. Mulai dari cerita tentang kuliah, dosen, makanan sampai cerita pribadi yang terungkap dengan tidak sengaja. Semuanya mengalir dengan indahnya. Namun bukan hanya itu, pernah juga suatu ketika, papa ngambek, anak-anak pun menanggapi degan caranya masing-masing. Abang, kalau lagi bersama papa di sekret himit, dia sibuk sendiri menjalankan hobinya, roll depan dan roll belakang dilantai. Hayyu, cuek gak peduli, malah asik ngobrol atau nonton film di laptopnya. Saya dan mila, jangankan masuk himit, begitu liat ada sepatu papa di depan pintu langsung kabur ke sapta dan ga berani masuk himit. Yaah, inilah kehidupan, suka duka datang silih berganti. Akhirnya papa kemballi ceria dan anak-anak kembali bercengkrama dengan asiknya di himit.

 Gambar 2 Makan Malam Keluarga Bakery setelah Musyawarah Anggota HIMITEPA 2011

Bekerja bersama DPPI banyak memberikan pengalaman baru untuk saya. Misalnya, membuat prakarya untuk menyampaikan materi penyuluhan pangan ke anak SD, uji coba produksi susu jagung untuk penyuluhan bina desa dan berkeliling kios-kios makanan disekitar kampus untuk menempel poster panduan mencuci tangan yang baik. Banyak cerita yang muncul ketika kita, keluarga bakery berkumpul. Misalnya setelah uji coba susu jagung, karena kelaparan dan ketiadaan makanan  kita makan malam dengan mie instan. Tujuh bungkus mie dimasak dalam satu panci besar. Setelah mie matang, anak-anak mengantri dengan mangkuk masing-masing dna muncul cerita anak panti karena gaya kami mengantri seperti anak panti asuhan yang kelaparan dan berisik. Malam itu, si Abang mendapat julukan “kakak ketua kelas”, ayash dan hayyu jadi anak panti jelata,  mila jadi anak orang kaya yang dititpkan di panti karena mama papanya keluar negri, dan mama papa menjadi ibu dan bapak panti yang dermawan nan sabar punya anak panti yang berisiknya seperti kita.
Bisa bergabung bersama DPPI merupakan anugerah tersendiri buat saya. Di keluarga bakery inilah suatu tugas keorganisasian yang dijalankan dengan cara berbeda, cara kekeluargaan yang tetap profesional. Bukan hanya pengalaman organisasi yang saya dapatkan disini, tapi banyak hal. Banyak sekali. Cerita tentang kehidupan, keceriaan, kehangatan, kehilangan, dinamika persahabatan,  patah hati, kecewa, dan bahkan jatuh cinta.
Kami keluarga bakery, menemukan kepingan lain dari banyak cerita dalam kehidupan ini. Mengisinya dengan keceriaan, kehangatan, dan kemakluman diri bahwa kami mahsiswa biasa yang mempunyai cita-cita dan semangat yang besar untuk dapat bermanfaat bagi orang lain. Menjadi bagian dari solusi permasalahan pangan bangsa adalah visi HIMITEPA dan dalam keseharian kami berprinsip untuk selalu berbuat lebih baik. DPPI ! Do More Do More Do More! 

 

Cerita oleh, Larasati Anggraini (ayash), anak kedua keluarga bakery. 


 



sisipan : ini artikel dibuat untuk tugas mata kuliah MPPI (metode penulisan dan penyajian ilmiah). Deadline tugas tanggal 8 Juni 2012 jam 8pm ke email Nita. Cerita sekarang, Abang alias Seno alias anak pertama keluarga bakery adalah pacar tersayang <3 


Senin, 04 Juni 2012

ayash suka menari

Sesungguhnya ada hobi terpendam yang gue miliki yaitu menari. Entah apasaja yang membuatnya terpendam, mungkin waktu, usia, tugas, dan kesibukan hidup lainnya.hmm
Bermula dari tarian bebek ala TK Islam Al-Marjan yang menjadi tarian pertama gue yang ditonton khalayak.hehe 
Akhirnya kesukaan gue menari berlanjut, walaupun bisa dibilang gue bukan orang yang banci tampil dengan percaya diri yang tinggi.
Selanjutnya waktu SD sampai SMP gue ikut les tari bali di sanggar deket rumah. Kata Ibu, "tari bali itu dasar mbak, kalo udah bisa nari bali nanti gampang mau nari yang lain."
aah gue sangat menikmati les tari gue selama kurang lebih 3 tahun ini
walaupun gak banyak tampil, cuma 3 kali lah (1 kali pentas sanggar dan 2 kali tampil di sekolah SD) gue seneng bisa nari.haha lebaynyaaa
gak banyak dokumentasi dari kegiatan kesukaan gue ini salah satunya adalah 
ayash SD
 dan
hobi ini berlanjut sampai SMA (SMAN 81 Jakarta) . Bedanya, waktu SMA gue nari saman. Hmm mungkin yang lagi ngetop di kalangan anak SMA waktu itu ya tari saman (dari Aceh) ini. Sayang, foto2 gue jaman SMA pada ilang bersama laptopnya waktu itu. Satu2nya foto yang tersisa cuma ini 
ayash penari paling pinggir kiri (Revival 81 2008)
emang sih gak terlalu berkembang banyak hobi gue yang satu ini. Tapi, dengan segenap kesungguhan gue tetap mencoba untuk mempertahankan hobi gue ini. 
Di kampus (IPB '09), gue ikut klub tari Fateta yang namanya Elodea. Beberapa kali tampil di acara kecil, dan gak jauh2 dari tari saman. Yah mentok2 uji coba tari jawa timur yang gue langsung lupa namanya apa. Kesimpulan dari perjalanan karir menari yang tidak seberapa ini adalah : ayash tidak cocok menari Jawa.
Ini beberapa dokumentasi keberlangsungan hobi menari selama di kampus. Besar harapan gue bisa kembali menari di panggung, khususnya tari Bali. Aamiin
Saman di LCTIP XVIII         


  
mewakili kontingen fateta waktu IAC 2011